Sunday 26 May 2013

"Ibu, Malaikat yang Berwujud Manusia"

Derajat dan tingkat kecenderungan anak dan model perilaku seorang ibu tidak sama di semua masyarakat. Tapi tetap masih ada titik temu dan kesamaan di antara mereka. Kesamaan paling kecil adalah sarana yang berasal dari fitrah dan kemampuan untuk melakukan kewajiban ibu bagi perempuan. Allah Swt telah meletakkan kecenderungan yang bersifat fitrah kepada ibu dalam mendidik anak. Kecenderungan dan dorongan ini telah muncul di masa balig dan pada masa kehamilan muncul dalam bentuknya yang paling sempurna.

Ibu adalah seorang yang bertanggung jawab besar atas pendidikan anak sejak masa kehamilan dan setelahnya. Ibu melakukan kewajiban ini dengan penuh keikhlasan. Perhatian seorang ibu dimulai ketika anaknya masih bayi hingga besar. Bagaimana di malam hari ia sering terjaga dan segala kesulitan dihadapi, semua itu tidak dilakukan dengan harapan anaknya ketika telah dewasa akan membantunya. Seorang ibu dalam banyak hal membahayakan dirinya demi bayinya dan yang diinginkannya hanya kebaikan anaknya. Dengan dasar ini, dapat dikatakan bahwa ibu adalah seorang malaikat dari langit yang menjelma di dunia. Manifestasi kasih sayangnya menyamai kesucian malakuti.

Ibu adalah orang yang mengetahui bagaimana menerapkan sifat-sifat kemuliaan dan keagungan dalam mendidik anak dan di jalan ini ia mengorbankan segala sarana dan fasilitas pribadinya. Seorang ibu dalam mendidik anaknya merelakan ketenangan, kenyamanan dan kenikmatan pribadi. Terkadang seorang ibu dalam upayanya melindungi anaknya tidak lagi mengenal keburukan dan keindahan.

Ibu adalah keutamaan malakuti yang menjelma dalam wujud manusia yang diciptakan dari tanah. Pada diri seorang ibu, kejujuran, kasih sayang, keadilan dan ketakwaan muncul dalam bentuknya yang paling tinggi. Ia meninggalkan anaknya di jalan kebaikan dan kebahagiaan. Ibu adalah seni yang indah dibarengi ketelitian luar biasa yang membuat perilakunya di sepanjang masa begitu teliti dan profesional. Karya paling hebat dari seni ini adalah mendidik anak, sehingga anak-anak ini mendapat pendidikan baik, menjadi bertakwa dan melangkah di jalan kebenaran.

Ibu adalah teknik yang mendalam disertai prinsip-prinsip yang detil yang bersemayam dalam diri perempuan dan dari hari ke hari semakin menyempurna dan profesional. Sebuah teknik yang bila terjadi kesalahan maka dampaknya akan muncul pada kerusakan generasi dan hancurnya masyarakat. Melindungi ibu akan membuat masyarakat lebih baik dan sempurna.

Ketika seorang ibu disebut sebagai teknik dikarenakan pekerjaannya adalah mendidik anak, membentuk manusia, melatih dan kemudian menyerahkannya kepada masyarakat. Menciptakan teladan akhlak dan kemanusiaan, menciptakan masyarakat yang baik di masa depan, mengelola masyarakat dan memperbaikinya tidak bisa dilakukan oleh siapa saja.

Ibu memiliki cinta tanpa syarat. Cinta yang dibarengi emosi dan terkadang tanpa campur tangan akal. Cinta seorang ibu begitu kuat dan luar biasa yang merupakan manifestasi kehidupan manusia. Seorang ibu penuh pengorbanan dan pemaaf. Pengorbanan ini merupakan pancaran dari kemuliaan seorang ibu yang hanya mengenal pengorbanan dan membantu yang lain. Hakikat kehidupan seorang ibu adalah cinta dan pengorbanan.

Ibu bukan berarti hanya menerima kesulitan di masa kehamilan dan kelahiran. Tidak terbatas pada menyusui anaknya. Seorang ibu bukan petugas yang memakaikan baju kepada anak saja. Tapi lebih dari itu, seorang ibu benar-benar seorang pendidik. Inti pekerjaan seorang itu setidak-tidaknya dari sejak hamil hingga akhir periode penting pendidikan anak. Selama itu pula ibu bertanggung jawab untuk mendidik fisik, akal, emosi, akhlak dan akhirnya membentuk manusia. Seorang ibu harus berusaha dengan sadar mengetahui masalah sosial, psikologi, pendidikan dan kesehatan anak serta melaksanakannya dengan baik demi menciptakan manusia yang berguna.

Menjadi seorang ibu menjadi sulit, karena ia bertanggung jawab tidak hanya kepada dirinya saja, tapi juga kepada suami, anak, masyarakat dan Allah. Seorang ibu akan dimintai pertanggungjawaban di balik semua kewajiban ini. Oleh karenanya, sebelum ia melangkah untuk memperbaiki orang lain, maka sudah semestinya ia mendidik dirinya terlebih dahulu dan masalah ini sendiri bukan hal yang mudah.

(IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)

No comments:

Post a Comment