Thursday 12 December 2013

"Belenggu antara Kebaikan dan Keburukan"

"Jika berkali-kali terulang maka semua selalu terasa lebih. Saat diri sebagai manusia menyadari sepenuhnya bahwa Ia hidup maka saat itu pula terasa menyakitkan bahwa diri ini mungkin sudah lama mati."

Sebagian manusia terlihat sangat aneh di mataku. Sebagian manusia tersebut juga bicara seolah tahu mengenai apa itu kebaikan dan keburukan? seakan mereka menyadari bahwa apa yang mereka anggap baik maka itulah KEBAIKAN dan apa yang mereka anggap buruk maka itulah KEBURUKAN. Terlihat jelas di mataku "Noda Hitam" bagi mereka yang tidak melihat. Mereka yang bicara atas nama kebaikan, mereka menyeru pada keluhuran, mereka yang menasehati dalam kebenaran ternyata tidak pernah terlepas dari "Belenggu Noda" yang melilit dengan erat.

Ada diantara mereka yang berkata "Kasihanilah Sesama" tetapi di waktu mereka berjalan, pandangan matanya tidak pernah beralih ketika ada seorang anak kecil yang menangis di depan mereka. Seorang anak yang menangis itu sudah menjadi hal yang biasa sehingga hal tersebut tidak perlu dipermasalahkan lagi. Begitu terbiasanya hingga lupa kalau ada...,yah begitulah kenyataan yang terlihat.
Seringkali Ia berbicara etika yang luhur, seringkali Ia berbicara tentang kasih sayang terhadap sesama manusia, tetapi mengapa sebuah tangisan dari seorang anak kecil tidak menusuknya begitu dalam. Padahal seorang anak tersebut menangis karena mungkin Ia belum makan sejak pagi sampai malam hari. Bukankah sangat mudah untuk memberi makanan? ya mudah sekali, tetapi pada kenyataannya sangat sulit untuk tahu bahwa ada seorang anak kecil yang menangis karena kelaparan. Dalam pikiran sebagian orang mungkin mengatakan "biasalah anak kecil menangis, yah paling-paling cuma karena kenakalan anak kecil". Tetapi yang menjadi pertanyaan, bagaimana bisa tahu kalau tidak pernah terusik untuk tahu? bagaimana bisa peduli kalau tidak pernah terusik untuk peduli? Semua orang bisa peduli tetapi hanya sedikit orang yang terusik untuk peduli.

Ada di antara mereka yang berkata "Perlakukanlah orang lain sebagaimana kau ingin diperlakukan". Perkataan yang sungguh sangat mulia. Kukatakan bahwa ingin sekali kuhormati orang yang berkata begitu jika seandainya saja aku tidak melihat ketika ada orang tua yang berkata kepadanya "Maaf saya sedang sakit" dan Ia menjawab "cari orang lain saja, maaf saya sedang sibuk". Tidak tahukah Ia bahwa orang tua tersebut berjalan kesana kemari dikarenakan entah mengapa semua orang menjadi sibuk disaat orang tua tersebut dalam keadaan sakit. Sungguh seperti tidak ada yang patut disesali, karena rasa sakit orang lain terasa tidak begitu nyata dengan rasa penat dan letih yang dialami. Siapapun ingin ketika dirinya merasa dalam keadaan sakit, maka Ia mendapat pertolongan dari mereka yang mampu menolongnya. Orang tua tersebut sangat sederhana, dalam anggapannya setiap mereka yang tampak putih adalah orang yang tepat untuk diminta tolong. Benar sekali, hanya saja satu-satunya yang tidak diketahui oleh orang tua tersebut adalah mereka yang tampak putih itu mungkin juga dalam keadaan sakit.

Ada juga diantara mereka yang berkata "Hormatilah pendapat orang lain". Ini merupakan kebaikan yang sangat biasa dan sangat umum. Tetapi anehnya kebaikan ini ternyata juga luar biasa ketika ada banyak noda yang menghiasinya. Tidak jarang hanya karena berbeda tempat dan bagian maka semua hal tersebut menjadi begitu berbeda. Ia boleh saja menjadi seorang yang ahli tetapi bukan berarti bahwa mereka yang tidak diakui sangat ahli adalah merupakan orang yang sangat mudahnya diacuhkan. Mungkin karena Ia tidak menganggap semua pendapat selainnya itu salah tetapi cuma dikarenakan Ia tidak mengacuhkan bahwa orang lain bisa lebih benar dari dirinya dalam kasus tertentu. Orang tersebut bersikap sederhana dengan ide yang universal bahwa semua orang harus dihormati pendapatnya, tetapi dirinya begitu mudah mengeluarkan kata-kata 'gimana sih anda ini, begitu saja tidak bisa", atau "aduh,jangan buat saya tertawa" atau "yang atasan disini siapa?", atau "memangnya anda ini siapa?". Ternyata memang kita harus menghormati orang lain sesuai dengan statusnya, siapakah dia atau dari golongan manakah dia.

Siapa saja tidak bisa menerima kata-kata kasar. Itu merupakan hal yang sudah menjadi kesepakatan umum, tetapi sayangnya tidak semua orang menyadari bahwa hampir sebagian orang mudah sekali berkata kasar. Hal yang sederhana kadang membuat orang lain mudah sekali marah jika Ia sedang benar-benar dalam keadaan lelah.  Teringat seorang lelaki yang berkata kepada seseorang "Pak tolong lihat ayah saya, ayah saya sedang menggigil". Orang tersebut menjawab "kenapa sih anda ini, daritadi kerjanya mengeluh terus". Sungguh sangat dimakhlumi kalau orang tersebut benar-benar dalam keadaan lelah karena kerjanya berjalan kesana kemari menangani orang-orang yang mengeluh dengan berbagai macam keluhan. Tetapi bukankah laki-laki tersebut tidak tahu? Tetapi Ia cuma ingin menolong ayahnya yang sedang menggigil. Seanginya mungkin orang tersebut bisa menolong atau menyembuhkan ayahnya sendiri, tetapi ketidakmampuan telah membuatnya berfikir bahwa satu-satunya yang bisa dimintai tolong dan mampu disitu adalah orang yang ternyata sudah begitu lelah untuk mengurusi orang lain. Sepertinya faktor kelelahan mudah sekali menginduksi menjadi kekasaran dan disitu juga sepertinya kezaliman yang kecil bermain dangan sangat mudahnya.

Setelah memandang semua hal tersebut kepada manusia selain diri sendiri. maka pandangan tersebut kualihkan pada diriku. Betapa mengerikannya ketika kulihat "Belenggu yang melilitku jauh lebih banyak dan noda itu jauh lebih pekat". Betapa hal tersebut membuat diri ini benar-benar jatuh. Jatuh di dalam keputusasaan akan apa yang dinamakan kebaikan dan keburukan itu sendiri. Pikiran akan menjadi sangat terganggu. Betapa banyak orang yang baik tetapi ternyata adalah orang yang hanya dikira baik. Betapa banyak orang yang mulia tetapi sama saja buruknya pada kebanyakan orang yang buruk. Betapa banyak keburukan yang tersemat dalam kebaikan. "Keburukan Yang Terbelenggu Dengan Erat Dalam Kebaikan Manusia".

No comments:

Post a Comment