Tuesday 24 September 2013

"Fatwa Penyesatan dan Serangan Terhadap Warga Syiah Sampang"

Kasus serangan terhadap warga Syiah di Sampang Madura, masih menjadi topik hangat berbagai media massa nasional. Berbagai analisa terus bermunculan terkait sebab dari insiden ini, mulai dari masalah keluarga, bentrokan antar mazhab (Sunni-Syiah) hingga tanggapan akan adanya tangan-tangan asing yang sengaja ingin mengobarkan kerusuhan di Indonesia.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat Ahlul Bait Indonesia, Habib Hasan Daliel Alaydrus, menilai ada intervensi asing di balik aksi kekerasan terhadap komunitas Syiah Sampang, Madura, Jawa Timur. Habib Hasan menuding Arab Saudi dan Israel sebagai negara yang bertanggungjawab terhadap terbelahnya umat Islam Indonesia.
"Ada tangan setan yang bermain di Indonesia. Jadi ada upaya untuk membenturkan Syiah dan Sunni di Sampang," kata Habib Hasan dalam doa bersama Ahlul Bait Indonesia untuk korban Sampang di  Tugu Proklamasi, Jakarta Selatan, Selasa malam (28/8/2012).
Menurut Habib Hasan, Arab Saudi dan Israel punya kepentingan untuk memecah muslim Syiah-Sunni Indonesia. Sebab, kata Habib Hasan, muslim Syiah dan Sunni punya potensi menjadi kekuatan besar yang ditakuti dunia. "Jika dua sayap ini bersatu maka bisa menghadang kekuatan-kekuatan jahat dunia," terang Habib Hasan.
Habib Hasan mengatakan Syiah-Sunni bukan semata dua aliran dalam Islam. Masing-masing aliran itu, dia menegaskan, mewakili Iran dan Indonesia, dua negara berpenduduk muslim terbesar di dunia yang punya hubungan mesra. "Indonesia mayoritas Sunni sedangkan Iran mayoritas Syiah. Kererasan di Sampang bertujuan untuk memisahkan Iran dan Indonesia. Dua negara ini hendak diadu domba," kata Habib Hasan.
Habib Hasan menilai Israel jelas ketakutan jika muslim Iran dan Indonesia bersatu. Sedangkan Arab Saudi, kata dia, dikenal sebagai negara yang paling gampang menuduh sesat terhadap aliran Islam yang berseberangan dengan mazhab resmi negara Osama Bin Laden itu, yakni Wahabi. "Di mana posisi Saudi Arabia. Kita sering saksikan mereka main api untuk memecah kaum muslimin dan membid'ahkan (menyesatkan) kelompok lain," kata dia.
Sementara itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsudin tidak sependapat bila bentrokan yang  terjadi di Sampang, Madura, Jawa Timur, murni persoalan keluarga.
Din menilai, konflik Sampang dipicu sikap ulama yang sering memutlakkan kebenaran pada kelompok sendiri dengan membuat fatwa sesat terhadap kelompok lain.
"Dalam konflik Sampang, warna konflik internal keluarga memang ada, tetapi pada dasarnya konflik di itu adalah aliran antara Sunni dan Syiah. Ada motif ideologi dan teologi di dalamnya. Salah satunya, dipicu sikap sebagian ulama yang membuat situasi semakin panas," kata Din.
Ini dikatakan Din usai membuka masa ta'aruf mahasiswa baru Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) tahun ajaran 2012 di Gor UMS, Solo, Jawa Tengah,Rabu (29/8/2012).
Menurut Din, tidak hanya di Sampang, di berbagai tempat, para ulama baik atas nama organisasi maupun pribadi, mengeluarkan pendapat yang memicu persoalan.
"Sampai kapan pun dan di mana pun, saya menentang keras sikap ulama yang menyesatkan aliran lainnya. Terlepas setuju atau tidak dengan paham yang diyakini aliran lain, tetapi tidak boleh menyebut sesat," papar Wakil Ketua MUI Pusat itu.
Sementara itu, mengenai wacana agar warga Syiah di Sampang direlokasi, Din menilai langkah itu dilakukan akan menjadi preseden buruk pada kerukunan umat beragama di Indonesia.
"Ada banyak bibit atau bara persoalan yang mengancam kita saat ini. Jika relokasi dilakukan, maka itu akan menjadi preseden buruk di kemudian hari. Terpenting, ulama jangan memberi dorongan timbulnya sentimen, politikus juga jangan memancing di air keruh," tegasnya.
Reaksi Jusuf Kalla

Hukum yang tidak ditegakkan mengakibatkan marak beragam konflik horizontal yang menyebabkan korban jiwa yang berjatuhan, seperti saat penyerangan warga Syiah Sampang, Madura, Jawa Timur.
Menurut mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, tindakan tegas aparat keamanan dinilai penting agar konflik horizontal tidak meluas. "Ya, bagaimanapun aparat keamanan harus bertindak tegas, karena kalau tidak maka akan terulang-ulang terus," ujar Kalla di Jakarta, Kamis (30/8).
Lebih lanjut, Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) ini menegaskan Pemerintah harus bertindak tegas agar kasus serupa yang bernuansa suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) tidak terulang di masa mendatang.
Menurutnya, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu terkait perbedaan ideologi antarwarga negara dan penegakan hukum. "Perbedaan ideologi jangan membuat kita saling membunuh, harus diatasi dengan dakwah. Kedua, siapapun yang bersalah harus dihukum," tegasnya.
Untuk memenuhi kebutuhan para pengungsi kerusuhan Sampang, sebuah Posko Solidaritas Sampang terus mengirimkan bantuan logistik kepada para pengungsi. Para pegiat kemanusiaan di Posko Solidaritas Sampang ini mengirimkan bantuan berupa makanan, pakaian, dan beberapa kebutuhan khusus untuk para wanita dan bayi.
"Hingga hari ini bantuan terus mengalir, hari ini bantuan dikirimkan sebanyak 1 mobil boks penuh. Jumlahnya saya kurang tahu persis. Bantuan tersebut meliputi makanan, pakaian dan beberapa kebutuhan khusus seperti pembalut dan susu bayi," ujar Koordinator Posko Solidaritas Sampang Ahmad Zainul Hamdi. 

(IRIB Indonesia/Okezone/Micom)

No comments:

Post a Comment